Investigation of The Critical Thinking Process in Solving Non-Routine Mathematical Problems
Abstract
Telah banyak investigasi proses berpikir kritis siswa SMP dalam memecahkan masalah matematika. Namun, investigasi terkait berdasarkan Teori Situasi Didaktik Matematika (TDSM) belum dieksplorasi. Oleh karena itu, penelitian kualitatif dengan menggunakan Interpretive Phenomenological Analysis (IPA) ini dilakukan untuk mengungkap keragaman proses berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah non-rutin bilangan rasional. Data diperoleh dengan cara memberikan masalah non-rutin dan wawancara semi terstruktur untuk mendapatkan informasi yang diperlukan. Partisipan diambil dari kelas VIII di salah satu Madrasah Ibtidaiyah Negeri di Kota Banda Aceh, Indonesia (n=15). Data dianalisis melalui pengelolaan data, membaca-memoing, mendeskripsikan-mengklasifikasi-menafsirkan, dan mewakili-memvisualisasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerangka situasi didaktis Brousseau dapat membantu siswa dalam menyelesaikan soal bilangan rasional non-rutin. Proses berpikir kritis siswa yang memecahkan masalah dengan refleksi kritis diidentifikasi ke dalam enam komponen berpikir Ennis, yaitu mengidentifikasi fokus, mengidentifikasi dan mengevaluasi alasan yang relevan, membuat kesimpulan, menilai situasi, memberikan kejelasan, dan melakukan tinjauan. Proses berpikir kritis siswa yang memecahkan masalah dengan refleksi eksplisit dapat diidentifikasi sebagai lima komponen berpikir kritis Ennis kecuali melakukan tinjauan. Sedangkan proses berpikir kritis siswa yang tidak dapat menyelesaikan masalah hanya muncul untuk mengidentifikasi fokus dan membuat kesimpulan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai literatur untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. menilai situasi, memberikan kejelasan, dan melakukan tinjauan. Proses berpikir kritis siswa yang memecahkan masalah dengan refleksi eksplisit dapat diidentifikasi sebagai lima komponen berpikir kritis Ennis kecuali melakukan tinjauan. Sedangkan proses berpikir kritis siswa yang tidak dapat menyelesaikan masalah hanya muncul untuk mengidentifikasi fokus dan membuat kesimpulan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai literatur untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. menilai situasi, memberikan kejelasan, dan melakukan tinjauan. Proses berpikir kritis siswa yang memecahkan masalah dengan refleksi eksplisit dapat diidentifikasi sebagai lima komponen berpikir kritis Ennis kecuali melakukan tinjauan. Sedangkan proses berpikir kritis siswa yang tidak dapat menyelesaikan masalah hanya muncul untuk mengidentifikasi fokus dan membuat kesimpulan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai literatur untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Keywords
Full Text: PDF
Refbacks
- There are currently no refbacks.